Saudaraku kau tahu bencana datang lagi
Porak lagi negeri ini
Hilang sudah selera orang-orang untuk mengharap
Sementara jiwa-jiwa nelangsa itu
Sudah sedari lama berbaris-baris memanggil-manggil
Keluarlah keluarlah saudaraku
Dari kenyamanan mihrabmu
Dari kekhusuan I’tikafmu
Dari keakraban sahabat-sahabatmu
Keluarlah keluarlah sahabatku
Dari keheningan masjidmu
Bawalah roh sajadahmu ke jalan-jalan
Ke pasar-pasar ke majelis dewan yang terhormat
Ke kantor-kantor pemerintahan dan pusat-pusat pengambilan keputusan
Keluarlah-keluarlah saudaraku
Dari nikmat kesendirianmu
Satukan kembali hati-hati yang berserakan ini
Kumpulkan kembali tenaga-tenaga yang tersisa
Pimpinlah dengan cahayamu kafilah nurani yang terlatih
Di tengah badai gurun kehidupan
Keluarlah-keluarlah saudaraku
Berdirilah tegap di ujung jalan itu
Sebentar lagi sejarah kan lewat
Mencari aktor baru untuk drama kebenarannya
Sambut saja dia
Engkaulah yang ia cari
(Anis Matta, Dari Gerakan ke Negara)
Porak lagi negeri ini
Hilang sudah selera orang-orang untuk mengharap
Sementara jiwa-jiwa nelangsa itu
Sudah sedari lama berbaris-baris memanggil-manggil
Keluarlah keluarlah saudaraku
Dari kenyamanan mihrabmu
Dari kekhusuan I’tikafmu
Dari keakraban sahabat-sahabatmu
Keluarlah keluarlah sahabatku
Dari keheningan masjidmu
Bawalah roh sajadahmu ke jalan-jalan
Ke pasar-pasar ke majelis dewan yang terhormat
Ke kantor-kantor pemerintahan dan pusat-pusat pengambilan keputusan
Keluarlah-keluarlah saudaraku
Dari nikmat kesendirianmu
Satukan kembali hati-hati yang berserakan ini
Kumpulkan kembali tenaga-tenaga yang tersisa
Pimpinlah dengan cahayamu kafilah nurani yang terlatih
Di tengah badai gurun kehidupan
Keluarlah-keluarlah saudaraku
Berdirilah tegap di ujung jalan itu
Sebentar lagi sejarah kan lewat
Mencari aktor baru untuk drama kebenarannya
Sambut saja dia
Engkaulah yang ia cari
(Anis Matta, Dari Gerakan ke Negara)
Bismillah, edited :)
puisi ini yang sempat bikin saya terantuk di tepi dipan kasur.
merasa tertampar.
iya, pak anis mataa, seperti bicara depan mata.
bahwa pilihan untuk pura-pura buta adalah pilihan yang kurang bijaksana.
kurang bijaksana ?
egois, saat saya memilih untuk menambah hafalan, belajar tahsin, menekuni iqih, aqidah dan akhlaq untuk diri sendiri.
dan saya lupa defini islam paling dasar, rahmatan lil 'alamin.
bagaimana menafsirkan nilai al-quran menjadi bahasa bumi.
meskipun baru di lingkungan sendiri :)
Komentar
Posting Komentar