Akhirnya sampai juga
pangeran mu, sayang..
Ah, rasanya baru kemarin, kita diskusi tentang bentuk dan
visi keluarga kita. kamu tuturkan tentang bentuk keluarga qurani mu, kamu ingin
mujahid mujahidahmu menjadi qur’an berjalan. Sedang aku, aku bercerita tentang
bentuk keluarga ku yang intelektual dan dekat dengan tuhannya. Kemudian hari
itu aku tunjukan sebuah prosa harap untuk anak-anakku, yang serta merta kamu
membaca dengan Khusu’Fi . Seselesainya, dengan mata yang berbinar kamu bilang.
“Bil, sungguh, alfitri juga pernah bikin tulisan seperti
ini, di bulan yang sama. Kamu juga harus baca Bil.”
Kamu buka laptop mu, mencari file sejenis yang kutunjukan
sebelumnya..
Lalu,
“Fi, kok malah buka folder musik?”
“hehee” kamu nyengir manis sekali “biar syahdu, nanti
bacanya sambil dengerin instrument..”
Sayang, kamu selalu begitu, jadi jangan protes kalo aku
sering menggodamu si Melankolis yang sangat romantis.
kemudian aku baca prosa mimpimu, merangkum tentang harap
atas anak-anak mu,
Rasanya Fi…
Setelah itu aku merasa tak berbeda sama sekali denganmu.
Kita punya mimpi yang sama.
Melahirkan generasi para ulama.
Kamu selalu melebihi aku Fi.
jumlah hafalanmu.
Semangat mengajak solat berjamaah. Dan aku kalah dalam 1 hal. Jam pulang. Kamu
selalu lebih dulu sampai Darus Shalihat.
Kamu selalu saja hangat…
Tersenyum manis kalo tau aku pulang larut dari kampus,
menyiapkan teh hangat. Dan membersamai malam tanpa tidur disaat pekan ujian. Dan tetap menjadi partner murajaah yang sangat baik kala penat datang.
Kamu selalu menyempurnakan fi.
Menyempurnakan jadwal makan ku, aku tersanjung sekali. kamu hampiri
aku di laboratorium dan diam-diam menungguku sampai penelitian selesai, dan
tersenyum sambil menyodorkan makanan dan minum,
“afitri tau, sabil belum makan kan?”
Atau, sekali-kali saat kita makan bareng, kau elus perutku “Ini investasi, hati-hati
memilih makanan, kita harus punya
anak-anak yang cerdas bil.”
Kamu ini malaikat dari mana sih Fi?
Fi, Sabil berfikir. Dari 4 laskar utama Munsyidah. Semua
sudah manis menyandang bahagia, ulfa beberapa hari yang lalu sudah sah menjadi
sarjana, Annisyah pengantin dalam balutan putih dan senyum abadi menjumpai rabb
nya, kemudian kamu Fi, menjadi pengantin cantik versi dunia. Aku masih disini, dibelakang kalian,
mempersiapkan. :’)
Alfitri…..
Kali ini aku kalah lagi denganmu, kamu tau sayang. Aku iri,
iri bukan karena tentang waktu menikahmu yang lebih dahulu dari aku atau Ulfa.
Tapi iri dengan kesiapanmu yang lagi-lagi melampaui aku.
Waktu aku sibuk diluar dan menyebut diriku bersiyasah dalam
lembaga, syuro-syuro panjang, pertemuan-pertemuan kader lapangan, riuh
perjalanan
kamu sudah dirumah, tenggelam dengan quranmu, tenang
menambah hafalan dan mengulang juz-juz yang telah ada di benakmu.
Itu mungkin yang membuat Allah sayang sekali denganmu,
menerima doa baikmu, lapang dadamu, tawakal dan raja’mu
Kini, lebih dahulu setengah agamamu sempurna.
Barakallahulakuma wajama’a bainakuma fii khoir, tuan putri.
Aku rasa ini bukan sesederhana kehadiran laki-laki
bertanggung jawab yang membersamai dari pagi sampai pagi lagi, yang menemani
dan antar jemput kemana-mana, punya tempat bertukar fikiran,
punya bahu untuk disenderkan, punya navigator jalan,
bukan sesederhana itu kan fi?
bukan sesederhana itu kan fi?
Ini hanya permulaan merealisasi visi dan bentuk keluarga
yang sempat kita share dulu.
Yaaah, meskipun sekarang aku punya rasa was-was kehilanganmu
atau berkurangnya waktumu kala aku telepon untuk mendengar suara tilawahmu,
sudah menjadi konsekuensi seluruh waktu kau prioritaskan untuknya, karena syurgamu sudah jelas dengan melayani laki-laki baru itu…
Baiklah selalu ada sisi positif, aku punya tempat belajar untuk persiapan beberapa tahun lagi dengan pakarnya, dari kamu langsung.
sudah menjadi konsekuensi seluruh waktu kau prioritaskan untuknya, karena syurgamu sudah jelas dengan melayani laki-laki baru itu…
Baiklah selalu ada sisi positif, aku punya tempat belajar untuk persiapan beberapa tahun lagi dengan pakarnya, dari kamu langsung.
Kita saling mendoakan Fi :)
Komentar
Posting Komentar