Langsung ke konten utama

asking for emphathy? No Way.

Dan beginilah nasib mood swing hamil,
apalagi usia kandunan yang masih reatif muda,
Ga enak ngapa-ngapain,

Ga bisa perform maksimal di kerjaan,
jangankan sama urusan kantor, pekerjaan RT, suami bahkan anak,
iya, bahkan anak, ga bisa ngasih banyak perhatian..

Biasanya pengen ngumpul deket2 sama Anak, ini pgnnya jaga jarak.
ga pengen bareng, pengennya sendirian aja.
Padahal anaknya lucu. tapi gimana ini, maafin Umminya ga sanggupppp ngopen...

Nah kalo ada aja yg bikin perasaan ga enak,
Selama gue hamil, banyak berdoanya, karena ga sanggup marah-marah.

misal tanggapan dari temen yang,
"hamil lagi?"
be like, sedih banget lah,
cuma bisa doain, "Semoga lu ngerti lah rasanya, dan semoga aja nanti ngerasain keberkahan kehadiran anak, elu dikaruniain 10 ]putra-putra dan ngerasa bahagia dengan istri lo yang hamil lagi, hamil lagi"

Atau atasan yang sudha tau kondisi hamil tapi blm bs plotting kondisi,
Sabil doakan, nanti anaknya kalo hamil akan cerita ke dia dengan kondisi atasan yang less empathy.
Jadi, anaknya bisa kuat (kaya gue) (lah?)

Well, engga banget sebenrnya mengaharap empati orang lain. pathetic.

Saran gue nih, buat  readers yg bersinggungan dngna Ibu Hamil,
banyak2 berdoa untuk dia, jangan bikin BT ibu hamil, karena kalo udah ngerasa terzolimi, Doanya gampang diijabah Allah, dan juga ga usah terlalu menunjukan perhatian, berkali2 nanya kabar... Pada dasarnya sih B aja, Biasa aja. sewajarnya.. ya wajar ke ibu hamil lah.




Oke, ini postingan mood swing emang banyak kurangnyaaa...

Salam,

Mata Hari




Komentar

  1. Hai, btw, tulisan kamu bagus nih, jarang masih ada yang giat ngeblog. Boleh juga, kalau berkenan, untuk berkunjung ke blog aku di Ankajournal.blogspot.co.id. Thanks, salam kenal...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023

 Bismillahirrahmanirrahim.. 2023, Alhamdulillah , sampai juga di tahun ini. Blog ini kujadikan sebagia salah satu prasasti yang mendokumentasikan catatan perjalanan, meskipun diapdet hanya 1 tahun sekali. Dari seorang gadis yang mencari footprint di hidupnya, hingga sekarang , wanita dengan 2 anak. yang Insya Allah bertambah 1 lagi jundullah.. alhamdulillah, kehamilan ke-3 di usia menginjak 5 bulan.Allah karuniakan Janin yang aktif. sjak 4 bulan awal sudah aktif berinteraksi. Mungkin karena kondisi emosional ibunya yang naik turun, di masa kehamilannya. Semoga bisa asik dan khusus bersama Ummi ya Nak... Ummi yang snagat tempramen, naik turun kondisi kehamilan sambil memebersamai 2 kaka-kakamu yang snagaaat aktif dan cerdas, Masya Allah. 2022 menjadi kondisi yang roller coaster, sejak kehadiran janin diperut , aku sempat vacuum 4 bulanna, tidak muncul dimana-mana. Tapi dunia kan tetap hiruk pikuk, aku bukan Megawati, yang ucapan dan jokesnya bikin geger, jadi dunia tentu ga akan merasa

Sebuah refleksi dari buku : All I need to know is what i learned in Kindegarten- chapter 1

 Bismillah, Buku pada judul yang ku sebut diatas didapatkan sesuai dengan rekomndasi dari Bpk Anies Baswedan pada live tiktok di masa kampanyenya. Aku as the one who take a part in this condition, nurturing a baby, a 7 y.o boy and a 5 y.o daughter been feel so relate.  Apalagi mengingat throw back momen, bahwa saat ta'aruf session di perjalanan menuju lepas lajangku, aku bersedia melepas atribut BUMN dan mau pulang ke akar rumput menjadi guru TPA. Sebuah hal yang tidak mengerti oleh gurunda yang menjadi penyambung aku dan suami di kala itu. Karena aku ingin, anak-anak TPA yang identk dengan sesuatu yang tidak berkelas mendapat akses global society. alhamdulillah, bener saja, harapanku sekarang.. membangun sebuah bisnis untuk anak usia dini.. Oks, back to the topic, let me start Memang menarik, mendidik value pada masa anak-anak sekarang adalah elemental. menjadi bagian untuk ambil peran dari human society Menyiapkan anak-anak kita untuk menjadi pewujud doa setiap hari, mutaqqiina i

Membuat"nya" tetap di koridor syari'at

Bismillah.. Pertanyaan ini diajukan ke murabbi SMP-ku waktu liqo di rumahnya “ustadzah, kenapa ga cepet nikah,?” Waktu itu ustadzah wajahnya pias dan dia menjawab “Untuk ustadzah, menikah itu sama sepert kita membangun peradaban bil, nanti dari rahim ustadzah lahir jundi-jundiyah yang membela agama Allah” , “ustadzah sempet dinasihatin orang tua karena ustadzah nolak bebrapa orang, tap ustadzah ga mau main-main untuk hal ini”dan waktu itu gue ngangguk puas. Jawaban murabbi gue itu emang majleb-jleb.. sejak itu gue  punya frame bahwa pernikahan adalah hal yang sacral.. Sama sakralnya dengan jaln mencapai sana.. :’( Sederhana memang, kata menjaga, tapi semacam ... Bayangkan, ketika harus selalu pura-pura lupa, pura-pura biasa, pura- pura ga denger kata sekitar, dan pura-pura baik-baik saja. Waktu: Menolak halus saat di jemput distasiun dengan mobilnya setelah capek perjalanan 10 jam St Senen- Jogjakarta Menjawab SMS dengan berkali-kali hapus-ketik, mencari kat