hikamah ngajarin tahsin ibu-ibu di salah satu masjid yogyakarta
jumlah 50an dan pengajar yang biasanya hadir hanya ada dua orang, subhanallah, bayangkan.. kita kemana saja?
ya Allah, dengan kemmpuan ibu-ibu menjadi perbincangan kami, beberapa yang mengajar disana.
sistem pengajaran minim SDM ini mau tidak mau menoleransi kesalahn para ibu ini saat mengecek tajwidnya. sehingga terlihat bahwa cara belajar disini yang penting membaca depan ustadzah / ustadznya lalu pindah halaman.
kali ini saya mau tuturkan tentang salah satu orang hebat disana.
namanya bu sumijan punya dua anak , yang pertama sudah menikah dan buka warung di rumahnya yang terletak di utara masjid, anak kedua laki-laki berstatus siswa SMK.
Semangatnya luar biasa, sayangnya jk dilihat dari parameter keberhasilan manusia, beliau baru iqra 2..
huruf jim masih suka lupa, ba ta tsa terbalik-balik, panjang pendek belum konsisten.. tolong jangan tanyakan tawalud apalagi makhroj huruf.. huruf Gho dan Kof belum ada bedanya... ta dan da sama saja..
sehingga tidak banyak menntut ketika mengajar saat itu, prioritasnya adalah beliau tau huruf dan mengenal aturan panjang pendek.
yang terpenting, membenarkan jika ada kesalahan yang beliau ucapkan dengan tersenyum, dan mengapresiasi setiap huruf yang dibaca benar dengan mengangguk, memberi ibu jari serta mengucapkan nggeh (so sorry, kosa kata kromo inggil saya sgt terbatas)
beliau disalahkan, tapi tertawa. karena analogi yang saya buat untuk memudahkan dalam mengingat kadang-kadang aneh ,maklum cuma it yg terlintas di fikiran.
kemudian dia cerita, tentang upayanya. tentu saja dengan bahsa indonesia yng masih nyampur sama bhsa kromo karena sebelumnya saya mengaku berasal dari bekasi.
beliau bilang, kalo belajar sendiri di rumah ga ada yang marani (semacam mengajari) sehingga jika ada salah beliau tidak tahu.
biasanya bangun jam 1 untuk buka iqra dan mempelajarinya sendiri, bagaimana huruf-huruf itu bisa tersambung... dia sampaikan ceritanya sambil tertawa. Insya allah disauti oleh tawa para malaikat yang mencatat segala usaanya di kitab kebaikan. bhagia atas semangat rindu syurga dari ibu tua berumur 55 taun ini.
tapi tidak dengan kita kan? mari refleksikan dengan diri kita, untuk apa fasih membaa, indah mebawakan tapi hampa mnfaat?
Masya Allah.. ternyata upaya memberi kami belum ada apa-apanya dari pada semua hal yang harus kami perbaiki.
jumlah 50an dan pengajar yang biasanya hadir hanya ada dua orang, subhanallah, bayangkan.. kita kemana saja?
ya Allah, dengan kemmpuan ibu-ibu menjadi perbincangan kami, beberapa yang mengajar disana.
sistem pengajaran minim SDM ini mau tidak mau menoleransi kesalahn para ibu ini saat mengecek tajwidnya. sehingga terlihat bahwa cara belajar disini yang penting membaca depan ustadzah / ustadznya lalu pindah halaman.
kali ini saya mau tuturkan tentang salah satu orang hebat disana.
namanya bu sumijan punya dua anak , yang pertama sudah menikah dan buka warung di rumahnya yang terletak di utara masjid, anak kedua laki-laki berstatus siswa SMK.
Semangatnya luar biasa, sayangnya jk dilihat dari parameter keberhasilan manusia, beliau baru iqra 2..
huruf jim masih suka lupa, ba ta tsa terbalik-balik, panjang pendek belum konsisten.. tolong jangan tanyakan tawalud apalagi makhroj huruf.. huruf Gho dan Kof belum ada bedanya... ta dan da sama saja..
sehingga tidak banyak menntut ketika mengajar saat itu, prioritasnya adalah beliau tau huruf dan mengenal aturan panjang pendek.
yang terpenting, membenarkan jika ada kesalahan yang beliau ucapkan dengan tersenyum, dan mengapresiasi setiap huruf yang dibaca benar dengan mengangguk, memberi ibu jari serta mengucapkan nggeh (so sorry, kosa kata kromo inggil saya sgt terbatas)
beliau disalahkan, tapi tertawa. karena analogi yang saya buat untuk memudahkan dalam mengingat kadang-kadang aneh ,maklum cuma it yg terlintas di fikiran.
kemudian dia cerita, tentang upayanya. tentu saja dengan bahsa indonesia yng masih nyampur sama bhsa kromo karena sebelumnya saya mengaku berasal dari bekasi.
beliau bilang, kalo belajar sendiri di rumah ga ada yang marani (semacam mengajari) sehingga jika ada salah beliau tidak tahu.
biasanya bangun jam 1 untuk buka iqra dan mempelajarinya sendiri, bagaimana huruf-huruf itu bisa tersambung... dia sampaikan ceritanya sambil tertawa. Insya allah disauti oleh tawa para malaikat yang mencatat segala usaanya di kitab kebaikan. bhagia atas semangat rindu syurga dari ibu tua berumur 55 taun ini.
tapi tidak dengan kita kan? mari refleksikan dengan diri kita, untuk apa fasih membaa, indah mebawakan tapi hampa mnfaat?
Masya Allah.. ternyata upaya memberi kami belum ada apa-apanya dari pada semua hal yang harus kami perbaiki.
:-)
BalasHapus:) hayu kang, berbagi kebermanfaatn. jadi ahli ngaji, tapi ga cuma buat diri sendiri :)
BalasHapus