Bicara tentang kejayaan
bangsa, maka tidak lepas dengan kerabat dekat yang menguatkan setiap tapak jalan dalam proses
titik kulminasi emas peradaban. Belum bicara tentang perekonomian ideal saudaraku,
tapi satu hal paling mengakar yang menjadi entitas utama pembangun martabat
bangsa, yaitu pendidikan.
Sebuah bangsa dengan pendidikan paling kaya dan ilmu yang
relevan dengan kebutuhan masa depan, akan mengetahui rute terbaik merealisasikan
“kejayaan bangsa” yang telah terumuskan oleh pendahulunya. Berangkat dari pemahaman masalah dan memiliki solusi paling
bijaksana dalam mengatasi masa vakum karya. Bangsa itu akan enggan untuk
bergerak leluasa melawan kebodohan, karena meliahat wajah kebodohan terlihat
sempurna dihadapannya
Sejauh ini kita sepakat bahwa bangsa Indonesia dalam proses
membangun martabat, benar-benar membutuhkan sebuah revolusi radikal dalam
bidang pendidikan. Sesungguhnya kerinduan akan geliat kebangkitan sempat
disampaikan oleh Bung Karno dalam pidatonya, Vivere Pericoloso: Live-dangerously setelah 20 tahun
pascakemerdekaan yang Indonesia masih saja rapuh. sampai nanti tidak lagi didikte
oleh diplomat Negara asing yang menjanjikan pinjaman hutang dan tidak ada lagi perjanjian
kerjasama multinasional atas sumberdaya yang sudah terpolitisasi kepentingan
golongan.
New World Order di
kancah pendidikan Indonesia dibangun
dengan sebuah budaya keilmuan yang berkarakter dan tidak mengabaikan adab. Dunia
dengan kultur tradisi kental penerapan
pemahaman yang dimiliki oleh setiap
elemen masyarakat dalam setiap segmen kecil kehidupan, dalam budaya ini, Ilmu
dianggap sebagia suatu keutamaan tertinggi dalam system nilai pribadi dan
masyarakat di setiap peringkat. (prof. dr Wan, 1882)
Sehingga, kurikulum pendidikan yang dicanangkan harus
berasaskan pada nilai-nilai praktis
sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah membentuk anak didik yang unggul, beriman, bertaqwa, profesional
dan berkarakter.
Sayanagnya, beberapa kondisi sekarang menunjukan masih
banyak distorsi pemahaman oleh eksekutor lapangan. Saat seorah Zainal Abidin
Ahmad menukil urgensi pendidikan moral sebagai muatan kurikulim yang wajib
diajarkan sekolah dalam bentuk pendidikan agama, banyak ditentang oleh tokoh
kemuka yang berdalih “memaksakan agama kepada rakyat” dan bentuk propaganda
agama. Penyesatan opini pemahaman masyarakat ini yang begitu menyedihkan karena
kekuatan spiritualitas memang landasan utama menjadi individu bermoral.
Pendidikan karakter ini memang bisa terealisasi dengan
menghafal rumus dan melakukan praktikum di lab, tapi dihadapkan dengan fakta
masalah bangsa yang merenggut buta dan rasa ketidak pedulian anak didik. Melecutkan
rasa berkorban dan mau berlelah dalam membangun bangsanya, gerah dengan
kemiskinan dan muak dengan system kuno terkebiri kebohongan orang-orang besar Negara.
Pendidikan karakter dengan adab, mengapa adab? Tersebut dalam
pancasila sila ke-2 , kata adab didalamnya sering terlalaikan dalam pendidikan Indonesia. Padahal adab menjadi
pembatas dalam karakter yang sudah dibangun. Misalnya saja karakter toleran
yang bermakna baik akan berbeda saaat dihubungkan dengan kebudayaan bebas.
Toleran terhadap budaya fee sex, tentu saja bukan pendidikan karakter yang
beradab.
Indonesia dengan
pendidikan bermoral dan beradab masih bisa diwujudkan.Tidak peduli dengan
krisis yang menimpa sekarang. Karena krisis adalah takdir yang mengantarkan ke
siklus takdir selanjutnya. Tentang takdir kemenangan yang tidak dengan berpangku
tangan menunggu si ratu adil untuk datang, tetapi benar berdiri diatas kaki
sendiri tertatih berproses menjemput kejayaanya..
Komentar
Posting Komentar