Langsung ke konten utama

Candu Masokis


Berdiri di peron Bekasi-Gondangdia selama 1/2 jam seperti mati rasa.
bukan, mungkin lebih tepatnya aku memilih menikmatinya.
tentang.....
realitas yang harus dihadapi tentang survival di ibukota.


angkuh individu-individu jakarta.
tapi aku suka.
mereka mengajarkan banyak hal tanpa perlu kata.

ketika berlari mengejar jam keberangkatan
ketika menunduk dan sibuk dengan gadget sendiri-sendiri
saat memaksa masuk di peron-peron yang telah padat
waktu kemacetan dan menabrak rules dijalan raya.

bahwa,
Kita punya hidup sendiri-sendiri.
tidak ada waktu untuk melihat kesamping dan memikirkan orang lain.

Kerja Praktek satu bulan di Bank Indonesia Jakarta.
Berangkat pagi, sampai kantor sudah diam dengan pekerjaan di laptop.
tiba-tiba sore hadir lagi dan pulang kerumah malam-malam.
Sudah letih, tinggal sisa tenaga membersamai adik dengan tugas sekolahnya.


beda cerita,
di bulan sebelumnya...
Kisah Kuliah Kerja Nyata


Jumpa masyarakat desa, dengan kerendah hatian dan kesederhanaan..
Hidup mereka sederhana..
Tidak ada kisah

peduli dan terus saja berbagi,
meski kadang, nyinyir sendiri..
hahaha... bukankah itu kisah biasa di desa?


Hidup bermasyarakat menuntut lebih wise, behave, peduli tetangga.. peka untuk membaca masalah.



Dan barusan,
perih sekali, waktu gue buka video PPSMB 2013, Ka BEM KM UGM dengan orasi luar biasanya.
bicara tentang turun ke jalan dan aksi unjukrasa..
teriak-teriak berjanji membela bangsa.

diingat-ingat..
sudah 3 bulan gue ga banyak interaksi di kampus..
hampir kebas menjadi mahasiswa..

Terlalu menikmati keparadokssan.
Sampai kadung masuk ke candu masokis..

Pikir gue, bisa apa kalo hanya menjadi entitas tanpa kuasa di sistem yang sangat kompleks ini


ah, Dimana idealisme yang dulu digaungkan?







*******************************************************
Halo-halo, saya kangen jogja.
bersama kalian semua tentu saja,
dan idealisme yang kita jaga bersama :)
*Mata Hari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023

 Bismillahirrahmanirrahim.. 2023, Alhamdulillah , sampai juga di tahun ini. Blog ini kujadikan sebagia salah satu prasasti yang mendokumentasikan catatan perjalanan, meskipun diapdet hanya 1 tahun sekali. Dari seorang gadis yang mencari footprint di hidupnya, hingga sekarang , wanita dengan 2 anak. yang Insya Allah bertambah 1 lagi jundullah.. alhamdulillah, kehamilan ke-3 di usia menginjak 5 bulan.Allah karuniakan Janin yang aktif. sjak 4 bulan awal sudah aktif berinteraksi. Mungkin karena kondisi emosional ibunya yang naik turun, di masa kehamilannya. Semoga bisa asik dan khusus bersama Ummi ya Nak... Ummi yang snagat tempramen, naik turun kondisi kehamilan sambil memebersamai 2 kaka-kakamu yang snagaaat aktif dan cerdas, Masya Allah. 2022 menjadi kondisi yang roller coaster, sejak kehadiran janin diperut , aku sempat vacuum 4 bulanna, tidak muncul dimana-mana. Tapi dunia kan tetap hiruk pikuk, aku bukan Megawati, yang ucapan dan jokesnya bikin geger, jadi dunia tentu ga akan merasa

Sebuah refleksi dari buku : All I need to know is what i learned in Kindegarten- chapter 1

 Bismillah, Buku pada judul yang ku sebut diatas didapatkan sesuai dengan rekomndasi dari Bpk Anies Baswedan pada live tiktok di masa kampanyenya. Aku as the one who take a part in this condition, nurturing a baby, a 7 y.o boy and a 5 y.o daughter been feel so relate.  Apalagi mengingat throw back momen, bahwa saat ta'aruf session di perjalanan menuju lepas lajangku, aku bersedia melepas atribut BUMN dan mau pulang ke akar rumput menjadi guru TPA. Sebuah hal yang tidak mengerti oleh gurunda yang menjadi penyambung aku dan suami di kala itu. Karena aku ingin, anak-anak TPA yang identk dengan sesuatu yang tidak berkelas mendapat akses global society. alhamdulillah, bener saja, harapanku sekarang.. membangun sebuah bisnis untuk anak usia dini.. Oks, back to the topic, let me start Memang menarik, mendidik value pada masa anak-anak sekarang adalah elemental. menjadi bagian untuk ambil peran dari human society Menyiapkan anak-anak kita untuk menjadi pewujud doa setiap hari, mutaqqiina i

Membuat"nya" tetap di koridor syari'at

Bismillah.. Pertanyaan ini diajukan ke murabbi SMP-ku waktu liqo di rumahnya “ustadzah, kenapa ga cepet nikah,?” Waktu itu ustadzah wajahnya pias dan dia menjawab “Untuk ustadzah, menikah itu sama sepert kita membangun peradaban bil, nanti dari rahim ustadzah lahir jundi-jundiyah yang membela agama Allah” , “ustadzah sempet dinasihatin orang tua karena ustadzah nolak bebrapa orang, tap ustadzah ga mau main-main untuk hal ini”dan waktu itu gue ngangguk puas. Jawaban murabbi gue itu emang majleb-jleb.. sejak itu gue  punya frame bahwa pernikahan adalah hal yang sacral.. Sama sakralnya dengan jaln mencapai sana.. :’( Sederhana memang, kata menjaga, tapi semacam ... Bayangkan, ketika harus selalu pura-pura lupa, pura-pura biasa, pura- pura ga denger kata sekitar, dan pura-pura baik-baik saja. Waktu: Menolak halus saat di jemput distasiun dengan mobilnya setelah capek perjalanan 10 jam St Senen- Jogjakarta Menjawab SMS dengan berkali-kali hapus-ketik, mencari kat