Langsung ke konten utama

Tips Bahagia di Corporate

bsmillahirrahmanirrahim..

ini jam 12 malem dan gw masih belum bisa tidur,terlalu banyak hal diotak yang perlu ditumpahkan...

by the way,
kali ini ge bakal sharing tentang pronsip kerja bahagia di korporate:

1. Selalu hormati atasan, banyak mendengar
ya, leader akan selalu punya arahan yang lebih luas, meskipun atasan kita baru, tapi secara kapabilitas dan usia pengalaman pasti lebih banyak.
nah akan selalu ada peluang ketidak cocokan, tapi sungguh, tidak ada yang salah. karena disaat sudah terlanjur nyaman dengan ex- atasan, baik cara kerja dan metode berinteraksi, tapi kita harus menerima gaya baru atasan baru. Karena atasan akan selalu bertanggung jawab dengan performa kerja timnya, dengan gayanya sendiri, dengan pendekatannya sendiri. Tenang saja, kalopun salah dan tidak efektif, atasan yg akan duluan lebih peka mengganti pendekatannya. kalo dia belum peka, banyak berdoa aja, sambil siapin argumentasi yang pas untuk dievaluasi.

2. Pertimbangkan masukan pengembanhan kerjaan dari staff lain yang lebih senior,
iya karena mereka sudah lebih lama dan berkecimpung disana, punya pengalaman egagalan dan kesuksesan dengan kasus yang mirip. Bagian pentingnya adalah, jangan terjebak dengan masa lalu, karena do waktu yang berbeda selalu ada strategi yang berbeda, cari endekatan breakthrough lah, kondisi kekiniian harus diselesaikan dengan cara kekinian,


4. Jangan makan ati atau terikat emosional dengan rekan se tim yang berelebihan
Dalam hal ini bukan tetang asmara saja, yang jelas bisa mempengaruhi profesionalitas, ati-ati lah itu mah, dalam hal ini kita diuntungkan karena oebih ceoat dan tidak birokratif, tapi dengan melompati step formal dimungkinkan terjadi kuranganya pengawasan dan kirang terstandardisasi Ataau jika di beda posisi, kita dititipi oleh rekan yang sudah dekat, ybs ingin diproses cepet, hal ini dimungkinkan prioritas kerjaan kita bergeser, padahal sudah ada urutan dan schedule yang dibuat


5. milikilah kehidupan lain diluar kerjaan
keluarga tentunya. karena pekerjaan pasti akan selalu ada di posisi mengecewakan, menyedihkan atau membosankan, Sehingga, jika ada pelampiasan lain, hem, itu ga penting dan tidak mengguncang hidup kita. ga langsung runtuh dunia disaat ada maslah dipekerjaan. Atau caro tempat altualisasi diri yang lain ditempat lain sebagai sampingan, misal klub memanah, klub bugar daaan sebagainya...

6. Beranggapan bekerja sebagai cara menebar keebrmanfaatan
iya biar ga melulu ngejar pengakuan. kalopun pingin karir tang mapan, obsesinya terbungkus dengan tujuan yang lebih mulia, semakim timggi jabatan, akan semakin banyak kesempatan menentukan keputusan yang lebih strategis untuk kebaaikan...

6 tips diatas merupakan pengalaman pribadi, adakah dari pembaca punya pendapat lain?





Regards,
Sabila

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknisi IndiHome dan Seharian main game

 Bismillah Seharina full di luar, sampe battrei about to die. Dari ngurus BPJS TK, kantor polisi dan Bank. Nitip 3 anak ke ART dan Ipar tetangga.  Ya, ART nya megang sibocil 1 tahun. 2 Kakak nya main sebentar dan abis itu nge game sampe cape.  Dari jam 10 pagi sd jam 12siang. Astagfirullah. Pulang-pulang, w diemin. literally. ya kan mereka ga bisa menej diri. Padahal w udah bilang maksimal ada jamnya. Pada sore hari, datanglah 2 teknisi IndiHome. Yang satu lebih senior paruh baya, ditemani oleh yang lebih muda ya mungkin usia 20an. Sebagai orang yang senang basa-basi, setelah beberes, aku jamu mereka dengan yang ada di rumah.  DIatas meja makan, sambil menghabisi nata decoco di gelas mereka, ceritah tentang tanggung jawab yang mereka emban. Bersama dengan anak2 di kursi masing-masing, Ternyata mereka bekerja shift sore sd jam 1 malam dengan tanggung jawab penyelesaian tiket gangguan maksimal 24 jam dengan garansi layanan maksimal 3 bulan, target mengelola setelah ada...

Sebuah refleksi dari buku : All I need to know is what i learned in Kindegarten- chapter 1

 Bismillah, Buku pada judul yang ku sebut diatas didapatkan sesuai dengan rekomndasi dari Bpk Anies Baswedan pada live tiktok di masa kampanyenya. Aku as the one who take a part in this condition, nurturing a baby, a 7 y.o boy and a 5 y.o daughter been feel so relate.  Apalagi mengingat throw back momen, bahwa saat ta'aruf session di perjalanan menuju lepas lajangku, aku bersedia melepas atribut BUMN dan mau pulang ke akar rumput menjadi guru TPA. Sebuah hal yang tidak mengerti oleh gurunda yang menjadi penyambung aku dan suami di kala itu. Karena aku ingin, anak-anak TPA yang identk dengan sesuatu yang tidak berkelas mendapat akses global society. alhamdulillah, bener saja, harapanku sekarang.. membangun sebuah bisnis untuk anak usia dini.. Oks, back to the topic, let me start Memang menarik, mendidik value pada masa anak-anak sekarang adalah elemental. menjadi bagian untuk ambil peran dari human society Menyiapkan anak-anak kita untuk menjadi pewujud doa setiap hari, mutaqqi...

Membuat"nya" tetap di koridor syari'at

Bismillah.. Pertanyaan ini diajukan ke murabbi SMP-ku waktu liqo di rumahnya “ustadzah, kenapa ga cepet nikah,?” Waktu itu ustadzah wajahnya pias dan dia menjawab “Untuk ustadzah, menikah itu sama sepert kita membangun peradaban bil, nanti dari rahim ustadzah lahir jundi-jundiyah yang membela agama Allah” , “ustadzah sempet dinasihatin orang tua karena ustadzah nolak bebrapa orang, tap ustadzah ga mau main-main untuk hal ini”dan waktu itu gue ngangguk puas. Jawaban murabbi gue itu emang majleb-jleb.. sejak itu gue  punya frame bahwa pernikahan adalah hal yang sacral.. Sama sakralnya dengan jaln mencapai sana.. :’( Sederhana memang, kata menjaga, tapi semacam ... Bayangkan, ketika harus selalu pura-pura lupa, pura-pura biasa, pura- pura ga denger kata sekitar, dan pura-pura baik-baik saja. Waktu: Menolak halus saat di jemput distasiun dengan mobilnya setelah capek perjalanan 10 jam St Senen- Jogjakarta Menjawab SMS dengan berkali-kali hapus-ketik, mencari...