Langsung ke konten utama

Disaat kuminta ia berani menyampaikan prinsipnya, malah kuabaikan dan tutup kesempatan dalam berpendapat

 Aku sore itu sebel banget sama Nuruz,

kuizinkan dia main ke rumah temennya, dan ternyata disana Nuruz malah nonton TV. 
padahal siang sebelumnya dia saudh kuizinkan nonton Youtube akibat Aisha menangis .

Menonton Youtube pada keluarga kami memang tidak terjadwal dan hanya ada waktu emergency saat mereka diberi akses untuk menonton.


Aku sebel banget lah, kuingin Nuruz dibawa ke rumah eyangnya untuk bersosialisasi dengan teman juga bergerak secara bebas, ke lapangan, ke taman, bermain bola,

ini malah nonton TV 2 jam sepanjang aku kuliah. iya aku ga bisa ngapa-ngapain kan , tugas juga belum selese, absensi juga udah mepet, aku mau kuliah sungguh-sungguh. 

bapaknya? main game. dia bilang, ini refreshment supaya ada inspirasi untuk mendesain. oke aku coba memahami.

then, I Asked his father to ask Nuruz and Aisha came home,  waktu Nuruz pulang dan he told that he just watch TV along the time they came to their friends 's House hiiih. aku ngomel-ngomel lah.

"kenapa nuruz nonton? kan ummi udah bilang, udah nontonnya, Nuruz itu kesini untuk main di luar-bergerak, bukan cuma nongkrong depan TV, Ummi ga suka"

"Soalnya hari ini mereka boleh nonton " Nuruz menjawab

"Loh iya, Nuruz kan tadi siang udah nonton karena Aisha berdarah bibirnya. Kalo temennya Nuruz kan selama seminggu ga nonton sama sekali, bilang dong, aku ga boleh nonton, aku kesini buat main"

"Nanti dia marah Ummi kalo diajak keluar"

"kenapa kalo marah? Nuruz jangan takut dong. " aku lanjutkna " udah sekarang kamu makan, kita mau ke lapangan bola, keburu maghrib"

terus gw ambilin makan dan lanjut explore kerjaan yg belum tuntas depan laptop,

terus nuruz nyamperin lagi "Tapi Bapak temennya Nuruz itu.." belum selesai Nuruz menyampaikan gagasan , gw udah motong, " whatever, ummi ga mau ngomomg karena Nuruz belum makan"

"sana makan" "mau diambilin minum, Mi" dia memelas " itu gelasnya diatas meja" sambil ku pegang tanggannya ke meja makan.

ih akutu sebel banget betulan deh, anaku main ke rumah temenya cuma buat nonton TV. hiiiih

terus gw samperin lah bapaknya. yg masih main game "ayo keluar" "ngapain?" "memenuhi hak anak, berdialog, ngasih nasihat"


sampai malem aku memetuskan untuk menulis ini, karena perasaanku ga enak, sama Nuruz , bukan sama Bapaknya. 

tadi sempet diskusi sama bapaknya " Mas, berlebihan ga sih tadi sabil marahin Nuruz?"

"menurut Mas berlebihan, " lah gimana berlebihan, kita keisni biar dia main ko sama temen-temennya. yauda kenapa ga sabil aja main? "sabil kuliah Mas." "Mas tuh main game mulu, ga peduli anaknya ngapain"

"gimanapiun dia butuh social life, sayang, meskipun Nonton, tapi sama tememnnya itu beda rasanya"

gw udah males sih dengernya, yaiyala, jadi bapak main game tapi ga peduli anaknya ngapain aja kan. lagian udah ga minat nanggepin karen aharus segera kelapangan karena udah sore banget.

Saat dilpangan dan taman komplek, Nuruz keliatan hepi banget, Aisha juga lari kesana kemari, manjat-manjat tiang lampu, naik turun bukit kecil, aku seneng bangeeet, sampe ga bisa berhenti senyum ngeliat Nuruz dan Aisha hepi lari-lari begitu.

Aku bilang ke bapaknya "Mas, sabil senneg banget liat Nuruz lari begini, ini yang sabil expektasikan, dia kesini bbuat bergerak main di luar, bukan cuma nonton didalam ruangan"

"loh yauda, sabil kan bisa ajak kesini"

"sabil kan kuliah Mas"
"kan bisa dibawa kesini,"

"ya kan sabil mau duduk, nyatet, dengerin dosennya"

saat itu aku ga mau nangepin karena Aisha nyamperin dan geleyotan.

tapi masi mengkel sama bapaknya, hih gimana si. 

maksud dia tuh, gw nemenin mereka main sambil dengerin dosen pake HP terus dia main game gitu? 

mana fungsi bapak buat mendidiknya, kesel banget gw.



Cuma sekarang gw lebih ke guilty sih ya, gw tau, pendidikan gw strict banget dari pada temen-temennya, karena temen-temennya itu bebas gitu, cuma gw ga nyalahin juga, becos ngeliat ibuknya baik banget. dia ga pernah marah sama anaknya coba, itu kayaknya yang bikin anak-anaknya confident.

sedangkan Nuruz? saat dia mau menyampaikan gagasan udah gw potong. hiks, Disaat yang sama gue minta dia berani menyampaikan posisi dan keinginan ke temennya, tapi dilain hal gw malah tidak memberikan ruang untuk menyampaikan pendapat, sehingga Nuruz bisa saja terasa tidak dihargai suaranya.



Fail banget gw jadi ibu. huhuhuhu, gimana gue bisa menyembuhkan kesalahan dan bekas yang gue bikin di hatinya Nuruz.

Maafkan Ummi ya Nuruz..

ya ALlah, tolong bantu hapus kesalahan selama masa pendidikan ke Nuruz dan Aisha, juga berikan hati ku rasa lapang sheingga lebih sabar dalam menjalani apa yang harus disampaikan ke anak-anaku.





Kalibata, Maret 2021

Sabila-

Ibu yang terlalu banyak salahnya,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023

 Bismillahirrahmanirrahim.. 2023, Alhamdulillah , sampai juga di tahun ini. Blog ini kujadikan sebagia salah satu prasasti yang mendokumentasikan catatan perjalanan, meskipun diapdet hanya 1 tahun sekali. Dari seorang gadis yang mencari footprint di hidupnya, hingga sekarang , wanita dengan 2 anak. yang Insya Allah bertambah 1 lagi jundullah.. alhamdulillah, kehamilan ke-3 di usia menginjak 5 bulan.Allah karuniakan Janin yang aktif. sjak 4 bulan awal sudah aktif berinteraksi. Mungkin karena kondisi emosional ibunya yang naik turun, di masa kehamilannya. Semoga bisa asik dan khusus bersama Ummi ya Nak... Ummi yang snagat tempramen, naik turun kondisi kehamilan sambil memebersamai 2 kaka-kakamu yang snagaaat aktif dan cerdas, Masya Allah. 2022 menjadi kondisi yang roller coaster, sejak kehadiran janin diperut , aku sempat vacuum 4 bulanna, tidak muncul dimana-mana. Tapi dunia kan tetap hiruk pikuk, aku bukan Megawati, yang ucapan dan jokesnya bikin geger, jadi dunia tentu ga akan merasa

Sebuah refleksi dari buku : All I need to know is what i learned in Kindegarten- chapter 1

 Bismillah, Buku pada judul yang ku sebut diatas didapatkan sesuai dengan rekomndasi dari Bpk Anies Baswedan pada live tiktok di masa kampanyenya. Aku as the one who take a part in this condition, nurturing a baby, a 7 y.o boy and a 5 y.o daughter been feel so relate.  Apalagi mengingat throw back momen, bahwa saat ta'aruf session di perjalanan menuju lepas lajangku, aku bersedia melepas atribut BUMN dan mau pulang ke akar rumput menjadi guru TPA. Sebuah hal yang tidak mengerti oleh gurunda yang menjadi penyambung aku dan suami di kala itu. Karena aku ingin, anak-anak TPA yang identk dengan sesuatu yang tidak berkelas mendapat akses global society. alhamdulillah, bener saja, harapanku sekarang.. membangun sebuah bisnis untuk anak usia dini.. Oks, back to the topic, let me start Memang menarik, mendidik value pada masa anak-anak sekarang adalah elemental. menjadi bagian untuk ambil peran dari human society Menyiapkan anak-anak kita untuk menjadi pewujud doa setiap hari, mutaqqiina i

Membuat"nya" tetap di koridor syari'at

Bismillah.. Pertanyaan ini diajukan ke murabbi SMP-ku waktu liqo di rumahnya “ustadzah, kenapa ga cepet nikah,?” Waktu itu ustadzah wajahnya pias dan dia menjawab “Untuk ustadzah, menikah itu sama sepert kita membangun peradaban bil, nanti dari rahim ustadzah lahir jundi-jundiyah yang membela agama Allah” , “ustadzah sempet dinasihatin orang tua karena ustadzah nolak bebrapa orang, tap ustadzah ga mau main-main untuk hal ini”dan waktu itu gue ngangguk puas. Jawaban murabbi gue itu emang majleb-jleb.. sejak itu gue  punya frame bahwa pernikahan adalah hal yang sacral.. Sama sakralnya dengan jaln mencapai sana.. :’( Sederhana memang, kata menjaga, tapi semacam ... Bayangkan, ketika harus selalu pura-pura lupa, pura-pura biasa, pura- pura ga denger kata sekitar, dan pura-pura baik-baik saja. Waktu: Menolak halus saat di jemput distasiun dengan mobilnya setelah capek perjalanan 10 jam St Senen- Jogjakarta Menjawab SMS dengan berkali-kali hapus-ketik, mencari kat