Bismillah..
postingan ini berasal dari seorang kaka kelas di SMP, dulu kami cukup dekat dan acap kali becanda - mengaku kembaran suara.. (suara dia bagus banget kalo udah nasyidan)
Baru beberapa bulan lalu dia menikah dan pergi ke Cairo untuk membersamai suami..
Kisahnya selama proses menguatkan diri di negeri asing itu, sangat unik, karena disamping berusaha beradaptasi di negeri yang benar-benar baru, ka zahra juga masih harus berjalan memahami kehadiran lelaki asing yang baru dikenalnya itu-dan sekarang bergelar hubby (suami)..
kalo dibaca, cerita perjalanan beliau mirip banget sama baca novel, disamping memang kelebihan beliau juga dalam menulis yg sangat mengalir
temen2, silahkan... ini sepotong kisah beliau..
Semoga jadi pembelajaran:)
Hello, it’s me again.
well, sudah 3 bulan. dan sebulan ini aku ada di tempat baru yang jauh dari jangkauan keluarga, teman lama, kerabat, dan sahabat. aaand, it’s Cairo, pals.
seminggu pertama disini rasanya berat sekali. culture shock, masalah kesulitan bahasa, adaptasi cuaca, makanan, dan hal-hal sulit lain yang intinya tertuju kepada satu problem yang paling esensi : homesick. berkali-kali yang bisa dilakukan adalah hanya menguatkan diri lagi, lagi, dan lagi. menebalkan kesabaran, mentajdidkan niat terus dan terus. karena aku hanya punya satu tujuan disini, untuk suami.
dan suamiku, lagi-lagi dia selalu manis. menyiapkan air madu hangat yang diseduhnya setiap pagi dan malam untukku, menukar usangnya wajahku ketika cemberut karena homesick dengan mengajakku pergi jalan-jalan atau makan di tempat favoritnya disini. mengacak gemas rambutku ketika aku gagal memasak dan memeluk lembut sambil berkata, ‘kan kamu sudah mencoba, sayang’. dan menggandeng tanganku bangga ketika aku diperkenalkan dengan teman-temannya. dan.. aku beruntung, kan? :)
2 minggu terakhir ini ia kembali kepada rutinitasnya, bekerja, dan mengajar. jujur, agak spooky ditinggal sendirian di flat, di tempat asing yang sama sekali belum banyak aku mengerti. dan, look at me, Zahra yang manja dan cengeng selalu merajuk tidak mau ditinggal. sekali lagi dia menenangkanku, meyakinkan kalau aku akan baik-baik saja disini.
and you know, Cairo isn’t as romantic as people could imagine. Alexandria mungkin iya. sunset yang cantik, pantai yang landai, cuaca yang sejuk, so lovely. tapi Cairo, you need to have zillion patience to live here. suasana ibukota yang sibuk dan ramai, orang-orang yang sama tidak tertibnya seperti (well, sorry to say) kebanyakan orang Indonesia, dan kemacetan dimana-mana. that was transition period from winter to summer when i arrived. kadang seharian bisa sangat dingin, dan kadang bisa sangat panas menyengat. dan kalau sudah seperti ini, i really miss Indonesia. dan oh ya, susah sekali adaptasi dengan makanan asli sini, such as to’gin/makrunah, to’miyah, isy, ruz billaban, dsb. yang cocok cuma 1, well, ashir atau jus buah yang dimana-mana juga rasanya pasti sama. hehehe. jadi untuk makanan, kita lebih prefer masak sendiri, atau banyak pilihan mat’am Indonesia yang rasanya lebih pas dan cocok dengan lidah dan selera orang Asia.
then, how do i continuing my study? i’m going to take a short course at Azhar Ma’had. hubby said that short course is simple. banyak yang bisa dipelajari disana dan dengan waktu yang tidak dibatasi. it means, kalau 1 atau 2 tahun lagi kami pulang ke tanah air, bukan cuma pengalaman yang dibawa, tapi ilmu juga. memang tidak bergelar, actually i’m not a ‘gelar minded’ person. if someday i back to Indonesia dan ada kesempatan untuk melanjutkan s1, that just great. tapi yang paling penting buatku sekarang, how do i support my hubby to finish his thesis. karena aku disini untuk mendukungnya, kan? :)
and it’s getting midnight here. sudah waktunya memberi hak tubuh untuk istirahat sekarang, doakan Zahra segera betah dan gak cengeng lagi ya! :))
source:
http://zahramaulida.tumblr.com/
Komentar
Posting Komentar