Bismillahhh...
Sudah sering, Hadist Riwayat Bukhari ini kita dengar,
Pembaca yang budiman, adakah setiap wanita yang tidak ingin diperlakukan suaminya seperti Khadijah oleh Nabi?
Yang masih sang Rasul jujur merindu ke istri baru, meski kehadiran istri lamanya sudah tidak ada.
Pembaca budiman, adakah setiap wanita yang tidak ingin memiliki suami seperti Muhammad yang terpuji?
Yang masih, sang suami penghargaan tetap ada meski jasad istrinya tidak disampingnya.
Pembaca budiman,
Adakah perempuan zaman sekarang tidak berharap diteriakan lantang tentang tingginya rasa cinta, seperti apa cara Rasul?
Adakah?
Sungguh menjadi nomer satu, yang disayang dan diperhatikan, dimuliakan, dicintai meski tanpa kehadiran, diingat keberadaan sosoknya, merupakan harap semua perempuan didunia..
Pembaca budiman, sebenarnya cerita diatas belum usai, tutur Nabi ke Aisyah belum selesai.
Bukan hanya untuk Aisyah,
Untuk kita semua lebih tepatnya.
Sudahkah kita menjadi istri yang senantiasa terjaga saat suami membutuhkan?
Sudahkah kita sebagai partner yang mendukung, support dan membela saat tidak ada yang mempercayainya?
Sudahkah kita siap memberi semuanya penuh lapang saat suami butuh dukungan?
Pantaslah berperingai Nabi, karena kepribadian Khadijah adalah seseorang yang sangat mempengaruhi perjalanan kehidupan beliau, setitik cahaya terang diantara pekatnya malam nan gelap. Nabi merasa waktu boleh berlalu, yang hilang tak kembali dapat pengganti, namun Khadijah tetap ada dihati beliau karena kemuliaan hatinya dan cinta selalu tertancap dengan tepat didadanya.
*Mata Hari
Dibuat saat refleksi menghitung mundur pekan kehilangan kehadiran suami-untuk berangkat juang belajar di tempat-beda 6 putaran jarum pendek jam,
Maaf ya Mas, diatas ketidakmampuan berangkat menemani ikhtiar persiapanmu menjadi pemimpin ummat, belum juga aku bisa lapang, ditinggal saat mengandung pejuang kita yang akan menjadi ulama masa datang
Maaf ya, Mas.. Prosesku masih panjang menjadi Khadijah
Source
http://www.ummi-online.com/cinta-tanpa-batas--dari-sang-nabi--pada-khadijah.html
Sudah sering, Hadist Riwayat Bukhari ini kita dengar,
Nabi saw sedang bercengkrama di depan rumah mereka. Tiba-tiba melintaslah seorang perempuan tua. Nabi saw segera mempersilahkan perempuan tua itu masuk rumah, digelarnya sorban sebagai alas duduknya. Keduanya lalu bercakap-cakap. Saat perempuan tua itu berlalu, Aisyah menanyakan perihal tamu yang terlihat sangat istimewa dimata nabi.
“Perempuan tua itu mengingatkanku pada Khadijah, saat dia masih hidup, perempuan itu sering datang kerumahnya, dan Khadijah selalu menyambutnya dengan penuh rasa hormat. Aku menghormatinya sebagaimana Khadijah dulu melakukannya.”cerita Nabi Muhammad saw.
Aisyah sepertinya cemburu mendengar penuturan itu, seperti wanita normal lainnya, hingga tak sadar ia berkata,” Masih saja menyebut-sebut perempuan yang sudah mati itu. Bukankah sekarang telah ada perempuan pengganti yang lebih baik dari dirinya?”
Mendengar perkataan istrinya, Aisyiah, Nabi saw nampak memerah raut wajahnya, seperti saat menerima titah Illahiyah atau sedang marah besar. Namun jelas sekali kali ini nampak beliau sedang marah.
“Aisyiah perlu kau tahu, Allah tidak akan mendatangkan pengganti sebaik atau lebih baik dari Khadijah! Tidak akan lagi ada perempuan seperti dia!”, kata Nabi Muhammad saw sambil menghadapkan wajahnya pada Aisyiah.
Pembaca yang budiman, adakah setiap wanita yang tidak ingin diperlakukan suaminya seperti Khadijah oleh Nabi?
Yang masih sang Rasul jujur merindu ke istri baru, meski kehadiran istri lamanya sudah tidak ada.
Pembaca budiman, adakah setiap wanita yang tidak ingin memiliki suami seperti Muhammad yang terpuji?
Yang masih, sang suami penghargaan tetap ada meski jasad istrinya tidak disampingnya.
Pembaca budiman,
Adakah perempuan zaman sekarang tidak berharap diteriakan lantang tentang tingginya rasa cinta, seperti apa cara Rasul?
Adakah?
Sungguh menjadi nomer satu, yang disayang dan diperhatikan, dimuliakan, dicintai meski tanpa kehadiran, diingat keberadaan sosoknya, merupakan harap semua perempuan didunia..
Pembaca budiman, sebenarnya cerita diatas belum usai, tutur Nabi ke Aisyah belum selesai.
“...Ia telah terjaga akan kenabianku ketika orang lain terlelap berselimut jahiliyah, ia juga selalu membenarkan ucapanku saat yang lain menganggapnya sebagai bualan, Ia bahkan tak segan memberikan seluruh hartanya padaku dengan ikhlas saat orang lain menyembunyikan tangan, dan darinya Allah memberiku keturunan ketika dari istriku yang lain tidak. Kau perlu tahu semua itu, Aisyah!.”Disinilah, pesan yang Nabi sampaikan untuk Aisyah ada.
Bukan hanya untuk Aisyah,
Untuk kita semua lebih tepatnya.
Sudahkah kita menjadi istri yang senantiasa terjaga saat suami membutuhkan?
Sudahkah kita sebagai partner yang mendukung, support dan membela saat tidak ada yang mempercayainya?
Sudahkah kita siap memberi semuanya penuh lapang saat suami butuh dukungan?
Sudahkah kita berkepribadian Khadijah, saat mengharap didampingi sosok Muhammad?
Pantaslah berperingai Nabi, karena kepribadian Khadijah adalah seseorang yang sangat mempengaruhi perjalanan kehidupan beliau, setitik cahaya terang diantara pekatnya malam nan gelap. Nabi merasa waktu boleh berlalu, yang hilang tak kembali dapat pengganti, namun Khadijah tetap ada dihati beliau karena kemuliaan hatinya dan cinta selalu tertancap dengan tepat didadanya.
*Mata Hari
Dibuat saat refleksi menghitung mundur pekan kehilangan kehadiran suami-untuk berangkat juang belajar di tempat-beda 6 putaran jarum pendek jam,
Maaf ya Mas, diatas ketidakmampuan berangkat menemani ikhtiar persiapanmu menjadi pemimpin ummat, belum juga aku bisa lapang, ditinggal saat mengandung pejuang kita yang akan menjadi ulama masa datang
Maaf ya, Mas.. Prosesku masih panjang menjadi Khadijah
Source
http://www.ummi-online.com/cinta-tanpa-batas--dari-sang-nabi--pada-khadijah.html
Komentar
Posting Komentar