Langsung ke konten utama

Hypnoparenting, tabularasa dan pandangan islam


pernah dengar judul diatas kah readers?
kebetulan konsep ini sedang booming , di dererta buku diskon gramed atau internet.Kesimpulannya kurang lebih Hypnoparenting memiliki tujuan menyetir anak, tanpa paksaan karena dibawah sugesti alam bawah sadar manusia.   

Hypnoparenting  menyentil Alligator's Brain atau primitiv instinc, berupa tingkah laku buruk umum anak seperti males belajar, ngisengin ade, suka berbohong...
cara Hypnoparenting ?Menggiring anak   masuk ke gelombang alpha sampai merasa tenang dan nyaman, lalu mengantuk. Kemudian menuju ke gelombang theta dan pada akhirnya disugesti positif. Saat itu, RAS (Rectingular Acivating System) terbuka dan mampu menyerap sugesti.

Teori Hypnoparentingdianggap penting untuk orang tua, sebagai pelukis (katanya)  karena sejalan dengan konsep Tabularasa yang dikenalkan john locke bahwa anak ibarat kertas putih, dan konsep diri positif harus digores di kertas itu dengan sebaik mungkin oleh orang tua,
kalo buka wiki penjelasan ini yang di dapet  
"Tabula rasa is the epistemological theory that individuals are born without built-in mental-content
and that their knowledge comes from experience and perception"



here, gue bakal coba menanggapi beberapa hal mendasar dari hypno parenting dan teori Tabularasa..

sebenarnya beberapa hal tentang tabularasa tidak sejalan dengan islam..
anggapan bahwa anak lahir dengan polos tanpa warna, tanpa arah, berbeda dengan surat al- a'raf
waktu ditanya di alam rahim
" alastu birabbikum" / apakah aku ini tuhanmu?
jawabannya?
"Balaa syahidna" / ya.. kami bersaksi..!
 
selengkapnya :

“When your Lord took out the offspring from the loins of the Children of Adam and made them bear witness about themselves, ‘Am I not your Lord?’ (alastu bi Rabbikum?), and they replied, ‘Yes, we bear witness’(balâ shahidna). So you cannot say on the Day of Resurrection, ‘We were not aware of this’.” (Qur’ân 7:172)1 
 Ya Allah, sesungguhnya seorang bayi, yang kecil dan tanpa daya itu telah lahir dengan persaksian
bentuk sumpah-loyalitas-penghambaan..
sehingga kalo kita menilik lagi hadist ini:

“Setiap anak yang lahir dalam keadaan membawa fitrah (tauhid). Maka, kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api).” (HR. Al-Bukhari-Muslim hadits dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Semakin jelaslah, bahwa pemaknaan  anak kecil adalah secarik kertas kecil adalah: SALAH
Kita bukan memebentuknya, ngewarnain, dengan experience and perception (sesuai definisi Tabula rasa) tapi kita hanya mengembalikan si adik kepada fitrah.

Hypnoparenting sendiri ditularkan dengan beberapa syarat:
1. gunakan kata positif, hindari kata jangan dan kataburuk
2. Menggunakna pengulangan secara konsisten sebagai contoh
3. Kontak tubuh secara lembut dan berulang (misal: mengelus rambut)
4. Tidak bertengkar atau saling melontarkan kalimat negatif di depan anak
5. Tidak melakukan kekerasan pada anak
6. Gunakan nama panggilan kesayangannya

subhanallah..
coba kita ingat lagi hafalan surat as-saffat, tadaburi bagaimana nabi ibrahim menyampaikan ke anaknya ismail dengan begitu lembut tentang perintah menyembelih dan memanggilnya dengan " yaa bunayya"  panggilan  penuh nuansa kasih sayang..
Atau ingat kah cerita rasul yang memperpanjang sujud karena cucunya, hasan dan husain naik diatasnya?

atau ketika beliau menggendong Husain di atas lehernya dan berkata "Ya Allah, sesungguhnya aku cinta kepadanya, maka cintailah dia", pasti sudah sering dengar kan?

atau mungkin readers sudah tau tentang tanggapan nabi kepada Al-Aqraa bin harits bahwa “Aku tidak akan mengangkat engkau sebagai seorang pemimpin apabila Allah telah mencabut rasa kasih sayang dari hatimu. Barang siapa yang tidak memiliki rasa kasih sayang, niscaya dia tidak akan di sayangi.”
 karena beliau berkata mempunyai sepuluh orang anak, tetapi belum pernah mencium mereka."

Bukankah metode mendidik anak dengan cinta sudah diajarkan dengan gamblang dalam Islam?

Akhirnya..
 PR kita adalah bisa mengaplikasikan untuk adik-adik manis dirumah, keponakan-keponakan dan sepupu-sepupu terdekat..

 menggunakan bahasa kasih sayang, bahasa fitrah mereka, tentu saja dengan keteladanan..

ah, kali in gue lampirkan pengalaman ya..

waktu di luar ada tamu  laki-laki yang nungguin umi, adik gue paing kecil dimintain tolong untuk menyiapkan kolak dan nganterin ke teras depan..
opsi halusnya: " de una, tolong bantuin nyiapin kolaknya, buat tamu di depan"
tapi,mari ajarkan dengan pemahaman  : " de,  setiap tamu yang dateng ditemenin malaikat, jadi harus dilayanin. "
tanggapannya apa? " sini mba , aku aja yang nyiapin.. tamunya ada 5 berarti malaikatnya ada 5 juga kan?"

atau ketika si kecil males solat.. ceritakan tentang syurga, sampaikan dengan bahasa terbaik..
"iya dek, solat... supaya,
 bisa berdiri diatas bintang (berkacak pinggang dan senyum)
make baju bintang (pegang bajunya)
megang bintang (tangan seakan menggapai)"

lain lagi, kalo ceritanya, dari siang si adik belum juga pulang , sebelum berangkat janji setelah pulang solat zuhur berjamaah mau belajar di rumah.Padahal sudah azan ashar :'( Di coba cari ke ruma tetangga dan lapangan ga ada (serius sedih nih ngetik ceritanya)
ternyata...
ketemu di salah satu warnet , waktu liat wajah si adik rasanya pingin marah -_- (ya Allah, anugrahkan kesabaran) tarik nafas dan mencoba husnudzon
"Ade udah solat kan?"
"...."dia jawab dengan gelengan kepala ,Ya Allah, :'(
cari sisi positifnya yang  masih mau jujur..
tinggikan hati si adik, tetap posisikan dia sebagai orang hebat dimata siapapun
senyum dan bertanya "temen-temenya udah pada solat de?"
"belum mba.."
"nah, diajakin sekalian solat di masjid, masa main sama ade tapi ga ikutan baik, harusnya jadi anak solih halus ditularin ketemen-temen.. "
baru kemudian dia ngajak temen-temenya untuk sholat.., dari sana gue lihat bahasa dia, menularkan kebaikan untuk teman-tamanya..

ah,
seppenting inikah bicara tentang anak kecil?
mereka akan jadi orang besar pada waktunya ..
yang entah di zaman seperti apa mereka hidup,
entah tantangan zaman apakah yang saat nanti dihadapi..

Mengajarkan anak kecil, sama saja mencetak generasi kan?
Generasi rabbani,  Generasi yang qur'ani :)

 

Terimakasih, teman diskusi hebat psikologi UGM dan UIN..
Belajar lintas ilmu selalu menyenangkan..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023

 Bismillahirrahmanirrahim.. 2023, Alhamdulillah , sampai juga di tahun ini. Blog ini kujadikan sebagia salah satu prasasti yang mendokumentasikan catatan perjalanan, meskipun diapdet hanya 1 tahun sekali. Dari seorang gadis yang mencari footprint di hidupnya, hingga sekarang , wanita dengan 2 anak. yang Insya Allah bertambah 1 lagi jundullah.. alhamdulillah, kehamilan ke-3 di usia menginjak 5 bulan.Allah karuniakan Janin yang aktif. sjak 4 bulan awal sudah aktif berinteraksi. Mungkin karena kondisi emosional ibunya yang naik turun, di masa kehamilannya. Semoga bisa asik dan khusus bersama Ummi ya Nak... Ummi yang snagat tempramen, naik turun kondisi kehamilan sambil memebersamai 2 kaka-kakamu yang snagaaat aktif dan cerdas, Masya Allah. 2022 menjadi kondisi yang roller coaster, sejak kehadiran janin diperut , aku sempat vacuum 4 bulanna, tidak muncul dimana-mana. Tapi dunia kan tetap hiruk pikuk, aku bukan Megawati, yang ucapan dan jokesnya bikin geger, jadi dunia tentu ga akan merasa

Sebuah refleksi dari buku : All I need to know is what i learned in Kindegarten- chapter 1

 Bismillah, Buku pada judul yang ku sebut diatas didapatkan sesuai dengan rekomndasi dari Bpk Anies Baswedan pada live tiktok di masa kampanyenya. Aku as the one who take a part in this condition, nurturing a baby, a 7 y.o boy and a 5 y.o daughter been feel so relate.  Apalagi mengingat throw back momen, bahwa saat ta'aruf session di perjalanan menuju lepas lajangku, aku bersedia melepas atribut BUMN dan mau pulang ke akar rumput menjadi guru TPA. Sebuah hal yang tidak mengerti oleh gurunda yang menjadi penyambung aku dan suami di kala itu. Karena aku ingin, anak-anak TPA yang identk dengan sesuatu yang tidak berkelas mendapat akses global society. alhamdulillah, bener saja, harapanku sekarang.. membangun sebuah bisnis untuk anak usia dini.. Oks, back to the topic, let me start Memang menarik, mendidik value pada masa anak-anak sekarang adalah elemental. menjadi bagian untuk ambil peran dari human society Menyiapkan anak-anak kita untuk menjadi pewujud doa setiap hari, mutaqqiina i

Membuat"nya" tetap di koridor syari'at

Bismillah.. Pertanyaan ini diajukan ke murabbi SMP-ku waktu liqo di rumahnya “ustadzah, kenapa ga cepet nikah,?” Waktu itu ustadzah wajahnya pias dan dia menjawab “Untuk ustadzah, menikah itu sama sepert kita membangun peradaban bil, nanti dari rahim ustadzah lahir jundi-jundiyah yang membela agama Allah” , “ustadzah sempet dinasihatin orang tua karena ustadzah nolak bebrapa orang, tap ustadzah ga mau main-main untuk hal ini”dan waktu itu gue ngangguk puas. Jawaban murabbi gue itu emang majleb-jleb.. sejak itu gue  punya frame bahwa pernikahan adalah hal yang sacral.. Sama sakralnya dengan jaln mencapai sana.. :’( Sederhana memang, kata menjaga, tapi semacam ... Bayangkan, ketika harus selalu pura-pura lupa, pura-pura biasa, pura- pura ga denger kata sekitar, dan pura-pura baik-baik saja. Waktu: Menolak halus saat di jemput distasiun dengan mobilnya setelah capek perjalanan 10 jam St Senen- Jogjakarta Menjawab SMS dengan berkali-kali hapus-ketik, mencari kat