Langsung ke konten utama

Opini: Sisi ironi cerita Stand By Me Doraemon




Film kartun paling ironis.
Serius.
Karena tokoh yang dihadirkan begitu hidup, tidak seperti fairy tales ,
Stand by me Doraemon sangat bisa disesuaikan dengan kehidupan nyata.
Si Nobita yang makin bisa dengan Doraemon disampingnya. Memberikan solusi atas apa yang dirasa.
(buat yang belum nonton, lebih baik di skip bagian penceritaan ulang, langsung ke kongklusi yang gue kasih d akhir)
Diceritanya, Pada bagian menuju akhir, dimulai karena sizuka berhasil ditaklukan , berbisik Nobita di telinga kanan Doraemon:
“Aku merasa paling bahagia di dunia,"
Sejak kalimat itu terucap, Doraemon dianggap menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan dalam hitungan jam dia harus kembali ke masa depan.
Di jam yang telah ditentukan,
Doraemon benar2kembali,dan meninggalkan Nobita.
Kemudia Nobita kesepian dan lagi-lagi dibully oleh giant dan suneo. Ashamed. He cried. And went back to his room. Realized that Doraemon never came back. Moreover, Nobita remembered that Doremon ever told him, someday if Doraemon going back to the future, Nobita should use a gadget he left inside the cupboard.
Checking up the cupboard and found that gadget. AN INVERSE LIQUID. Based on the problem about how to lie in april 1st .
After that Nobita can getting square with Giant and Suneo, because, every thing he said is a falsehood.
He said that “a clear day, and good weather” , giant and suneo didn’t belief it at all.
But,
suddenly the weather going bad, and rainy comes.   So, they sopping with rain.
Same as before, the liquid worked as Nobita told. giant mother’s came and get mad t Giant, and seneo was running after the dog.
Then, here,
Come to the end of the story.
Nobita was happy and still felt so lonely. He said “ however, Doraemon never go back”
And because of what he said, the lie liquid work and called Doraemon came back to that time.
Ashamed.
Appropriate to the title. Stand by me, Doraemon..
Doraemon stand by Nobita forever.
How come?
:’)
At the time, when the movie ended. I cried eyes out. How come?

(note: Belum ada 1 film pun yng bisa bikin nangis kaya gitu.)
>>lagipula konyol bukan, ini bukan film tragedi atau film sedih, dan gue nangis...
Bagaimanapun, hanya mencocokan film itu dengan realitas.
Gue menjadi sangat benci dengan film Doraemon.. sangat benci.

Bagaimana bisa stand forever? Sedangkan kita punya dua kehidupan yang berbeda, tuntutan yang berbeda, ukur waktu yang berbeda?
Bagaiman bisa menggabungkan dua generasi bersama, meskipun sempat saling mengenal di waktu yang sangat singkat?
Bagaimana bisa?
Bagaiman bisa membuat satu senantiasa membersamai kita sampai kapanpun, assist, accompany, laying on the shoulder, taking care each other sesuai dengan apa yang kita harapkan?
Bagaimana bisa? Memang takdir semudah itu?
Lewat kalimat oleh milyaran manusia, yang saling berucap dengan mata sendu, wajah memerah di tepi perpisahan.
“ tidak ada yang memisahkan kita, kita bersatu dengan doa, apa makna jarak, kalau saja jiwa kita begitu dekat”
Demi tuhan. Itu hanya kalimat yang diucapkan satu sama lain untuk menghibur dan menguatkan. Padahal kita masih mengemis takdir untuk bisa mempertemukan.
Demi tuhan, kehidupan sejatinya memang untuk pertemuan yang diusung-usung kekal. Di syurga dengan Rabb dan pendahulu yang lalu. Itu yang disebut kebahagiaan abadi. Abadi dengan pertemuan.
Apalagi para manusia yang masih mengais definisi jarak dan tak berdaya dalam kesamaan waktu. Pertemuan lewat doa, ketrikatan jiwa, kesetiaan tanpa sua, perumpaan bumi matahari dalam lakon tanpa jumpa. Itu semua APA?
Hanya narasi yang dibuat-buat akibat kosongnya kedigdayaan.
Ah, sudahlah,
Kesimpulan tulisan ini adalah:
“film stand by me Doraemon , tidak boleh ditonton oleh yang takut dengan perpisahan.”
Atau
“Jangan nonton film stand by me Doraemon , karena membuat penontonnya mengutuk perpisahan”
Atau,
Ada masukan untuk kesimpulan tulisan ini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2023

 Bismillahirrahmanirrahim.. 2023, Alhamdulillah , sampai juga di tahun ini. Blog ini kujadikan sebagia salah satu prasasti yang mendokumentasikan catatan perjalanan, meskipun diapdet hanya 1 tahun sekali. Dari seorang gadis yang mencari footprint di hidupnya, hingga sekarang , wanita dengan 2 anak. yang Insya Allah bertambah 1 lagi jundullah.. alhamdulillah, kehamilan ke-3 di usia menginjak 5 bulan.Allah karuniakan Janin yang aktif. sjak 4 bulan awal sudah aktif berinteraksi. Mungkin karena kondisi emosional ibunya yang naik turun, di masa kehamilannya. Semoga bisa asik dan khusus bersama Ummi ya Nak... Ummi yang snagat tempramen, naik turun kondisi kehamilan sambil memebersamai 2 kaka-kakamu yang snagaaat aktif dan cerdas, Masya Allah. 2022 menjadi kondisi yang roller coaster, sejak kehadiran janin diperut , aku sempat vacuum 4 bulanna, tidak muncul dimana-mana. Tapi dunia kan tetap hiruk pikuk, aku bukan Megawati, yang ucapan dan jokesnya bikin geger, jadi dunia tentu ga akan merasa

Sebuah refleksi dari buku : All I need to know is what i learned in Kindegarten- chapter 1

 Bismillah, Buku pada judul yang ku sebut diatas didapatkan sesuai dengan rekomndasi dari Bpk Anies Baswedan pada live tiktok di masa kampanyenya. Aku as the one who take a part in this condition, nurturing a baby, a 7 y.o boy and a 5 y.o daughter been feel so relate.  Apalagi mengingat throw back momen, bahwa saat ta'aruf session di perjalanan menuju lepas lajangku, aku bersedia melepas atribut BUMN dan mau pulang ke akar rumput menjadi guru TPA. Sebuah hal yang tidak mengerti oleh gurunda yang menjadi penyambung aku dan suami di kala itu. Karena aku ingin, anak-anak TPA yang identk dengan sesuatu yang tidak berkelas mendapat akses global society. alhamdulillah, bener saja, harapanku sekarang.. membangun sebuah bisnis untuk anak usia dini.. Oks, back to the topic, let me start Memang menarik, mendidik value pada masa anak-anak sekarang adalah elemental. menjadi bagian untuk ambil peran dari human society Menyiapkan anak-anak kita untuk menjadi pewujud doa setiap hari, mutaqqiina i

Membuat"nya" tetap di koridor syari'at

Bismillah.. Pertanyaan ini diajukan ke murabbi SMP-ku waktu liqo di rumahnya “ustadzah, kenapa ga cepet nikah,?” Waktu itu ustadzah wajahnya pias dan dia menjawab “Untuk ustadzah, menikah itu sama sepert kita membangun peradaban bil, nanti dari rahim ustadzah lahir jundi-jundiyah yang membela agama Allah” , “ustadzah sempet dinasihatin orang tua karena ustadzah nolak bebrapa orang, tap ustadzah ga mau main-main untuk hal ini”dan waktu itu gue ngangguk puas. Jawaban murabbi gue itu emang majleb-jleb.. sejak itu gue  punya frame bahwa pernikahan adalah hal yang sacral.. Sama sakralnya dengan jaln mencapai sana.. :’( Sederhana memang, kata menjaga, tapi semacam ... Bayangkan, ketika harus selalu pura-pura lupa, pura-pura biasa, pura- pura ga denger kata sekitar, dan pura-pura baik-baik saja. Waktu: Menolak halus saat di jemput distasiun dengan mobilnya setelah capek perjalanan 10 jam St Senen- Jogjakarta Menjawab SMS dengan berkali-kali hapus-ketik, mencari kat